Friday, March 4, 2011

LOOK I’M ON FIRE KARYA OLLIE SEBAGAI NOVEL KOMEDI KARYA PENULIS PEREMPUAN


Wa Ode Rizki Adi Putri

Perkembangan dunia sastra tidak terlepas dari kiprah para perempuan penulis. Pada jaman dahulu dunia sastra didominasi oleh penulis laki-laki. Lambat laun para perempuan penulis mulai berusaha masuk dan berperan serta dalam dunia sastra. Walaupun pada awalnya perempuan penulis masih terkekang oleh tradisi atau aturan yang ada. Akan tetapi, pada saat ini mereka dapat lebih leluasa mengekspresikan ide atau gagasan yang ada. Menurut Soenarjati Djajanegara, sebagaimana penulis feminisme masa lampau, novelis wanita modern sangat peduli terhadap ketimpangan-ketimpangan antara seni dan cinta, antara pemuasan diri dan tugas.

Hal tersebut mengakibatkan perempuan penulis dapat mengambil tema-tema atau istilah-istilah khusus yang dahulu didominasi oleh penulis laki-laki. Mereka Perempuan penulis menciptakan sebuah karya sastra sesuai dengan perspektifnya yang tentunya berbeda dengan perspektif penulis laki-laki. Secara obyektif kewanitaan mereka menjadi modal penting dalam memasuki ruang-ruang dan peluang yang kosong itu. Secara obyektif signifikansi karya-karya mereka juga terbangun karena telah menggarap persoalan-persoalan yang sebelumnya ditabukan bagi mereka, yaitu wilayah-wilayah pengetahuan, filsafat, dan seksualitas.

Keunggulan yang dimiliki oleh perempuan penulis terletak pada kesensitifannya dalam masalah yang berkenaan dengan wanita, seperti seksualitas. Dengan sudut pandang seorang wanita, karya sastra yang dihasilkan pastilah mengangkat tema-tema yang dominan disukai oleh mereka. Tema-tema yang banyak dijadikan obyek, yaitu masih berkutat sekitar kehidupan dan pengalaman wanita. Oleh karena itu, novel yang merupakan hasil karya perempuan penulis barangkali lebih diterima oleh para pembaca yang didominasi oleh wanita. Hal tersebut dikarenakan antara penulis dan pembaca memiliki dunia yang sama, yaitu dunia kewanitaan. Lebih lanjut, karya sastra yang dihasilkan barangkali lebih mengutamakan perasaan dan emosi. Kedua hal tersebut adalah sifat khusus yang dimiliki oleh wanita.

Namun, dalam makalah sederhana ini tidak akan dibahas lebih lanjut mengenai kepedulian penulis wanita terhadap ketimpangan-ketimpangan antara seni dan cinta, antara pemuasan diri dan tugas. Ataupun mengenai penggarapan cerita mereka yang menyentuh wilayah-wilayah pengetahuan, filsafat, dan seksualitas. Makalah ini akan lebih menyinggung mengenai kekreatiftasan penulis wanita yang pada saat ini mereka dapat lebih leluasa mengekspresikan ide atau gagasan yang ada. Mereka pun menjadi pandai menentukan genre tulisan serta latar belakang cerita yang ia angkat. Dengan sudut pandang cerita yang tercipta dari penulis perempuan, tentunya karya-karya yang lahir juga akan lebih dekat dengan para pembaca perempuan itu sendiri. Merekapun kemudian berani mengambil genre komedi dalam menggarap tulisannya.

Begitu banyak perempuan penulis di Indonesia yang berkiprah dengan gayanya sendiri-sendiri, serta produktif dalam menciptakan karya sastra, antara lain, Fira Basuki, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Oka Rusmini, Helvy Tiana Rosa dan lain-lain. Namun sangat jarang kita dengar penulis perempuan menulis novel komedi. Novel komedi lebih sering kita dengar kelahirannya dari tangan-tangan penulis Pria. Misalnya, Boim Lebon dengan Lupus, Raditya Dika dengan Kambing Jantan, Babi Ngesot, dan Cinta Brontosaurus, dan Aditya Mulya dengan novel Jomblo yang telah difilmkan. Dalam makalah ini, penulis akan membahas novel bergenre komedi Look I’m on Fire yang merupakan hasil karya Aulia Halimatussadiah a.k.a Ollie. Namanya mungkin belum banyak di kenal, tapi karya-karya yang dihasilkannnya telah mendapat pengakuan dari beberapa penulis muda Indonesia. Ollie, melalui karya-karyanya terlihat lebih mengkhususkan diri untuk menggarap novel-novel komedi romantis. Suatu pencapaian yang berbeda dari penulis wanita kebanyakan yang lebih memilih genre-genre dramatic dalam tulisannya. Ollie lahir di Yogyakarta pada tanggal 17 Juli 1983.


Ollie menghabiskan sebagian besar dari hidupnya dengan berpetualang dari pulau ke pulau di Indonesia. Itu merupakan resiko dari seorang anak yang orang tuanya harus berpindah-pindah kota karena tuntutan pekerjaan. Namun, dengan begitu Ollie jadi memiliki banyak teman dari berbagai daerah di Indonesia. Ketika akhirnya berhenti hidup nomaden, ia memutuskan untuk hidup sendiri di Depok selama kuliahnya hingga bekerja menjadi Web Developer di salah satu perusahaan IT Solution di Jakarta. Ia telah bertahun-tahun menjadi penulis amatir untuk kepuasan abtinnya sendiri (dalam bentuk blog, diary, puisi, dan cerpen pribadi), serta mengisi kolom artikel di sebuah situs komunitas.

Novel Look I’m on Fire yang terbit pada tahun 2005 ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang mencari the saviour, atau penyelamat hidupnya. Yaitu, seorang laki-laki misterius yang dengan ikhlas menjadikan tubuhnya sebagai matras untuk si perempuan yang jatuh dari lantai dua sebuah apartemen, ketika begitu panik ingin menyelamatkan boneka kesayangannya dari kebakaran di apartemen tersebut. Dengan sudut pandang seorang wanita, karya sastra yang dihasilkan pastilah mengangkat tema-tema yang dominan disukai oleh mereka, yaitu mengenai pencarian cinta dengan segala konfliknya. Namun, melalui novel ini pencarian cinta itu terasa begitu berbeda dari cerita kebanyakan. Diselingi begitu banyak peristiwa unik, di isi dengan karakter yang hidup, latar cerita yang menyentuh kehidupan nyata, komedi-komedi yang segar, tanpa melewatkan sisi romantis yang memang sulit dilepaskan dari novel-novel penulis perempuan. Berlatarbelakang kehidupan mahasiswa Indonesia di Seattle City, Amerika Serikat, tokoh-tokoh yang di hadirkan begitu mewakili kehidupan mahasiswa Indonesia di Seattle.

Setidaknya, itulah pengakuan dari beberapa mahasiswa Indonesia di Seattle yang menjadi pembaca novel Look I’m on Fire, dan sempat memberikan komentar pada sisi belakang novel ini. Begitu membaca novel Look I’m on Fire , semua orang akan menyangka bahwa si penulis pernah menetap lama di Seattle City. Atau setidaknya pernah berkunjung kesana, merasakan udaranya,dan berjalan-jalan di walking area nan teduh di downtown. Namun, kenyataannya berbeda semua hal itu hanyalah salah satu impian si penulis yang begitu ia tunggu terwujudnya. Ollie belum pernah datang ke Seattle, ia hanya mengenal kota ini dari dunia maya yang begitu ia cintai, serta hasil korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Seattle. Hal inilah yang kemudian membuat Ollie menuai banyak pujian, karena Seattle dan segala komedi dalam novel ini ia buat begitu hidup dan mampu membuat para pembacanya terbang ke Seattle City melalui halaman-halaman kertas novel tersebut. Padahal suasana Seattle yang ia gambarkan lahir dari imajinasi-imajinasi liarnya, namun sangat mewakili atmosphere di kota itu. Nice comedi story with nicely picked setting, setidaknya itulah yang dikatakan oleh Danni Junus, penulis novel Eituze.
Ollie dinilai berhasil sebagai penulis novel komedi oleh para penulis novel komedi seniornya, seperti Boim Lebon, Raditya Dika, dan Adithya Mulya, karena begitu banyak joke-joke unik ciptaan Ollie yang hadir dalam cerita, namun tidak lantas membuat pembaca tidak merasa familiar dengan joke tersebut. Hal unik lain yang berhasil diciptakan si penulis adalah plot atau alur yang hadir. Caranya menghubungkan antara satu bab ke bab lain dengan cara maju mundur begitu apik. Sungguh novel komedi yang lain dari biasanya, apalagi penulisnya adalah seorang perempuan. Dimana perempuan masih kurang terdengar gaung kepenulisannya untuk genre komedi.

No comments: